Lawan Mentalitas Budak..

Daftar Isi

Hari Senin Pekan II Prapaskah

Mat. 6:7-15


“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Luk. 6:36)



Seorang teman bercerita pada saya mengenai apa yang ada di dalam pikirannya. 

“Untuk menjadi pengikut Kristus tampaknya orang  harus berani kehilangan harga diri, kehormatan, prestise dan menyampingkan kebutuhan egonya,” katanya. 

“Sudah begitu harus pula selalu mengampuni kesalahan orang tanpa boleh menghakiminya. Kesabaran yang konyol, namanya. Diinjak-injak kepalanya kok tidak boleh membalas….”

“Lalu apa masalahnya?” tanya ku.

“Kepatuhan total seperti itu rasa-rasanya kok seperti mental budak”.

Mendengar jawaban itu saya langsung teringat Nietzsche yang mengecam agama Kristiani yang katanya terlalu mengagungkan belas kasihan, murah hati, kasih sayang dan kesabaran. Menurutnya sikap seperti itu adalah biang keladi adanya moralitas budak. Tidak punya rasa kehormatan diri. 

Namun kalau kita merenungkan seluruh karya Yesus Kristus yang tidak hanya siap mengampuni dan dosa manusia saja tetapi juga dengan tulus ikhlas mengorbankan nyawa dan patuh mengemban tugas penebusan, sikap seperti itu justru bertolak-belakang dengan mentalitas budak seperti kata teman saya itu.  Sebab orang yang sungguh-sungguh berhati tulus penuh rasa tanggungjawab, mengasihi sesama dan mempu menomorduakan kepentingan diri sendiri adalah orang yang berjiwa besar, bermartabat berjiwa ksatria dan bermental ‘tuan’. Orang yang murah hati seperti Bapa di Surga yang begitu murah hati. Putra-Nya sendiri pun dikorbankanNya bagi manusia. Jadi, apakah kita pantas menganggap semua keluhuran hati itu sebagai mental budak?

________________

Posting Komentar