Bukan Soal Kecemasan Namun Soal Hidup

Daftar Isi


Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi”   Luk. 21:34

Kecemasan dan Kekhawatiran

Ketika menyiapkan renungan pagi ini saya mengalami suatu perasaan yang tidak nyaman, karena berbicara tentang akhir zaman, yang tak seorang pun tahu kapan akan terjadi (bdk Mat. 24:36). 

“Tidak ada yang tahu kapan harinya dan jamnya, malaikat-malaikat di surga tidak, Anak Allah pun tidak, hanya Bapa saja yang tahu” 


Bahkan ketika sharing dengan frater dan bruder mengenai bacaan hari ini, pada hari sabtu (30/11/2024) kemarin, hampir semua mengalami perasaan yang sama. Bahkan ada satu kata yang sering muncul dari sharing kami yakni; cemas, kuatir.  


Tampaknya kita sebagai manusia, terlebih di jaman ini mudah cemas atau kuatir. Padahal “kekhawatiran yang dialami seseorang menimbulkan banyak kerugian, apakah untuk mengambil keputusan, kesehatan mentalnya, maupun dalam  relasi sosialnya.”

Susanna Newsonen (2021), filsuf dan penulis menjelaskan bahwa berbagai hasil penelitian tentang kekhawatiran secara umum, menunjukkan bahwa sekitar 85 persen hal-hal yang kita khawatirkan tidak pernah terjadi. Jika yang kita khawatirkan benar-benar terjadi, 79 persen mengatakan bahwa kita menangani hasilnya lebih baik dari yang kita perkirakan.

Mengapa Kita Cemas

Kalau demikian pertanyaannya adalah mengapa kita kuatir? Mengapa kita cemas? Rasa cemas atau khawatir merupakan reaksi normal tubuh terhadap stres, yang merupakan bagian dari insting manusia untuk menjaga kehidupan tetap berjalan normal.  [Kalau boleh saya menggambarkan secara sederhana seperti karet yang harus ditarik-tarik supaya tetap lentur, atau adonan roti yang harus dibanting tiap saat agar adonan menjadi matang. Demikian kekhawatiran dan kecemasan bagi manusia.]

Rasa khawatir atau kecemasan itu unik, bila dipikirkan bagaimana cara mengatasinya, bisa jadi menambah kecemasan atau kekuatiran yang kita miliki, yang dibutuhkan justru salah satunya adalah mindfulness, kesadaran; cara sederhana, yaitu duduk di posisi yang nyaman, mengatur napas, kemudian fokus pada detak jantung dan merasakan sensasi udara ketika hidung bernapas. Lalu, pusatkan pikiran dan perhatian pada keadaan sekitar.

Hari ini Yesus mengungkapkan tanda tanda Alam yang dahsyat dengan gelora laut dan goncangan langit. Bagian ini sebenarnya pernah menjadi teguran-Nya terhadap banyak orang, karena mereka pandai membaca tanda-tanda alam yang akan terjadi, tapi tidak peka terhadap apa yang sedang terjadi saat ini (Luk 12:54-56). Kesiapan adalah soal kepekaan atas apa yang sejak sekarang ini sudah terjadi dan hadir di antara kita. Mungkinkah orang hanya kelihatan siap dari penampilannya, dan bukan dari dalam dirinya? Itulah sebabnya Yesus bersabda secara spesifik, “Jagalah dirimu, supaya hatimu…. Mendapatkan kekuatan.”

Kesiapan yang diminta yesus tidak pernah hanya kosmetik atau sementara. Kesiapan yang diharapkan-Nya adalah sesuatu yang bertahan, “supaya kamu tahan berdiri di hadapan Putra Manusia.” Kata berdiri (statenai) bersifat pasif, sehingga maksudnya adalah bahwa kita tidak berdiri sendiri dengan kekuatan kita. Kita berdiri oleh kekuatan Tuhan, kita mesti bekerja sama dengan Tuhan, membiarkan diri kita ditegakkan oleh-Nya. Sabda Yesus mengandaikan adanya sikap orang yang hanya mengatakan dirinya siap, namun sebenarnya di dalam dirinya mempunyai agenda tesembunyi yang akan mati-matian dipertahankannya. 

Melihat Dalam Hidup Kita

Mari kita lihat dalam hidup kita. Kita masih sibuk dengan kegiatan kita sendiri, kita tiba-tiba sadar bahwa anak-anak kita sudah dewasa dan akan memutuskan untuk mandiri. Tanda penyakit sudah lama kita rasakan, tapi kita menolak untuk periksa ke dokter dan memilih menunda penerimaan kita. Relasi yang hambar dan membosankan, namun kita menyebutnya sebagai “biasa” dan tidak berusaha untuk memperbaikinya. Dan masih banyak hal lain yang bisa anda tambahkan…

Tuhan Menampakkan Kekuasaan-Nya

Yeremia menulis apa yang kita dengar dalam bacaan pertama dari dalam penjara. Ia menulis bagi orang yang ditindas dan dikuasai oleh penguasa asing Asyur. Mereka ini digambarkan sebagai seonggok batang pohon yang sudah tua dan hampir mati, namun Yeremia mengatakan bahwa sebuah Tunas Keadilan akan tumbuh disana. Keadaan yang sekarang disebut banyak orang sebagai ketidakadilan akan diubah oleh sosok penyelamat dari keturunan Daud. Namanya ialah Tuhan-Keadilan-Kita. Bagi Tuhan, batang pohon yang tampaknya sudah mati justru menjadi tempat Ia menampakkan kekuasaan-Nya. Ketika orang mengalami penindasan dan penganiayaan, Tuhan menyertai dan menumbuhkan harapan dalam kesediaan untuk berjuang.

Berjuang Bersama Tuhan

Pada advent I ini kita ditantang untuk berjuang bersama Tuhan dalam situasi-situasi sulit hidup kita. Kita sendirian tidak akan mampu bertahan, tetapi kerelaan untuk bekerja sama serta keterbukaan untuk dibantu dan dikoreksi akan menumbuhkan tunas keadilan. Sikap mengharapkan kedatangan Tuhan ditandai dengan kemauan menjaga hati dan menyesuaikan diri pada kehendak Dia yang akan memperbaiki hidup kita. 

Kita mempunyai banyak pekerjaan rumah di Masa Adven ini yakni bekerja sama dengan mereka yang prihatin dan peduli atas hidup kita. Mulailah dengan berpikir positif atas maksud baik mereka.

Posting Komentar