Aku tahu dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi

Daftar Isi

Hari ini kita mendengar sabda Yesus yang sangat kuat dan penuh harapan: “Akulah terang dunia. Barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” Kata-kata ini adalah undangan langsung dari Tuhan sendiri untuk keluar dari gelapnya dosa, dari ketidakpastian hidup, menuju terang keselamatan bersama-Nya.

Yesus tidak hanya menyatakan siapa diri-Nya, tetapi juga menunjukkan kepada kita sebuah jalan. Jalan itu adalah jalan terang, jalan menuju Bapa, dan hanya bisa kita tempuh jika kita mengikuti Dia. Dalam Injil Yohanes, kata “mengikuti” dan “pergi keluar” menjadi kata kunci. Yesus datang dari Bapa, dan kini mengajak kita berjalan bersama-Nya kembali kepada Bapa. Ini bukan hanya perjalanan fisik, tapi perjalanan rohani — dari ketidaktahuan menuju pengenalan akan Allah, dari kebimbangan menuju iman, dari kegelapan menuju terang.

Namun, para Farisi menolak kesaksian Yesus karena Ia bersaksi tentang diri-Nya sendiri. Dalam hukum Yahudi, sebuah kesaksian dianggap sah bila ada dua saksi. Tapi Yesus menjawab dengan sesuatu yang lebih dalam: “Aku tahu dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi.” Sumber dan tujuan hidup-Nya adalah Bapa. Dan Ia tidak bersaksi sendirian. Bapa pun memberikan kesaksian tentang Dia. Maka, ketika kita percaya kepada Yesus, kita juga percaya kepada Bapa yang mengutus-Nya.

Saudara-saudari, dalam tradisi Ibrani, kata “saksi” atau ‘ed’ memiliki makna yang sangat mendalam. Dalam doa Shema Israel — “Dengarlah, hai Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa” — dua huruf terakhir dari kata “dengarlah” (Shema) dan “esa” (Echad) membentuk kata ‘ed’, saksi. Artinya, mendengarkan dan mengakui keesaan Allah itu sendiri adalah suatu bentuk kesaksian hidup.

Maka, pertanyaannya bagi kita hari ini: Apakah kita siap menjadi saksi seperti Yesus? Apakah kita mau berjalan bersama Dia, mengikuti Dia, meski dunia meragukan kesaksian kita?

Yesus tahu dari mana Ia datang dan ke mana Ia pergi. Ia datang dari Bapa, dan Ia kembali kepada Bapa. Itu pula tujuan hidup kita. Dan Yesus adalah jalan, kebenaran, dan hidup yang membawa kita sampai ke sana.

Marilah kita biarkan terang Kristus menuntun langkah kita. Biarlah kita tidak takut untuk menjadi saksi, bahkan di tengah keraguan dunia. Dan kiranya kerinduan kita akan Allah, akan Sang Bapa, selalu membakar hati kita — karena di sanalah terang sejati bersinar, dan di sanalah hidup sejati dimulai.


Posting Komentar