Tuhan Menyusul Kita dalam Perjalanan
Saudara-saudari terkasih,
Kadang kita berjalan sendirian. Dalam hidup ini, ada saat di mana kita bertanya, merenung, mencari arah—seperti sida-sida dari Etiopia dalam bacaan hari ini. Ia sedang dalam perjalanan, duduk di keretanya, membaca Kitab Nabi Yesaya, tapi tidak mengerti. Hatinya haus, pikirannya terbuka, tapi ia butuh seseorang yang bisa menuntunnya mengenal Tuhan lebih dalam.
Dan Tuhan menjawab.
Tuhan mengutus Filipus untuk mendekati kereta itu—untuk menyusul seseorang yang sedang mencari, meski belum tahu ke mana harus melangkah.
Saudara-saudari, betapa indahnya Tuhan yang seperti ini. Tuhan yang tidak menunggu kita di altar, tetapi menyusul kita dalam perjalanan. Di tengah keraguan, pencarian, bahkan kesepian kita—Tuhan datang, seringkali melalui seseorang, peristiwa, atau kata-kata sederhana yang menyentuh hati.
Filipus tidak datang dengan penghakiman. Ia datang dengan pertanyaan lembut:
Mengertikah engkau apa yang kau baca?
Ia tidak menyerang, tapi menemani. Ia tidak menyombongkan iman, tapi bersedia duduk, mendengar, dan menjelaskan. Dan saat hati sida-sida itu terbuka, ia berkata, “Lihat, di situ ada air. Apa yang menghalangi aku untuk dibaptis?” Betapa tulus dan dalam hausnya akan Allah!
Dalam Injil, Yesus berkata:
Akulah roti hidup yang turun dari surga. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.
Saudara-saudari, Yesus tidak menawarkan jawaban instan. Ia menawarkan diri-Nya. Ia memberi bukan hanya pengajaran, tapi tubuh-Nya sendiri—roti kehidupan.
Artinya: Ia mau menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari. Ia mau kita menerima Dia bukan hanya di gereja, tapi juga di kereta hidup kita—di tengah lelah, pertanyaan, dan kerinduan yang paling dalam.
Hari ini, mari kita bertanya pada diri sendiri:
- Apakah aku membuka hati untuk Tuhan yang mau menyusulku?
- Apakah aku mau menjadi seperti Filipus bagi orang lain—mendekat, mendengarkan, dan menuntun dengan kasih?
Dan kalau hari ini kita merasa seperti sida-sida itu—sedang mencari dan belum mengerti—jangan takut. Tuhan sudah mengutus Filipus-Nya. Dan lebih dari itu, Tuhan sendiri datang sebagai Roti Hidup. Ia tidak hanya menjelaskan, tapi menguatkan. Ia tinggal bersama kita, supaya kita tidak berjalan sendirian.
Posting Komentar