Maria Bunda Gereja

Daftar Isi


Anekdot  Wanita Yang Kuat

Siapa wanita terkuat di Indonesia? Ada anekdot yang mengatakan bahwa wanita yang terkuat di Indonesia adalah “Nyonya Meneer”. Mengapa? Karena ia berdiri sejak 1919. Namun sekarang “Nyonya Meneer” tak lagi kuat karena sudah pailit di tahun 2017. Apakah tak ada wanita yang hebat selain “Nyonya Meneer” di Indonesia? Tentu ada! Beberapa diantaranya yang pernah disebut oleh Time sebagai wanita yang hebat adalah “Sri Mulyani”. 

Namun menurut saya ada yang lebih hebat, yakni Bunda Maria. Mengapa? Karena ia bisa berdiri terus sejak dibuat (diciptakan) -Patung Maria tak ada yang tiduran, selalu berdiri- Bahkan lebih dari itu ia mampu memangku Yesus atau menggendong Yesus selamanya, - betapa kuatnya Maria -.  Tapi memang kita tahu bahwa wanita adalah sosok yang kuat, yang hebat, seperti ibu kita pada umumnya. 

Ditengah kelebihannya setelah bekerja masih mampu memberikan kesejukan, kekuatan kepada anak-anaknya. 


Maria sebagai Bunda Gereja

Gambaran ini juga menggambarkan Maria sebagai Bunda Gereja. Ia adalah wanita yang kuat, yang hebat, ditengah penderitaannya pun ia mampu memberi semangat dan kehangatan. 

Hari ini kita merenungkan salah satu momen paling mendalam dalam Injil Yohanes, yaitu saat Yesus tergantung di kayu salib. Ada perbedaan penting dalam kisah ini yang hanya disebutkan oleh Yohanes. Sementara Injil lain menyebutkan bahwa banyak pengikut Yesus melihat dari kejauhan, Yohanes secara khusus menulis bahwa Maria, ibu Yesus, bersama beberapa wanita lain, dan murid yang dikasihi Yesus, "berdiri di dekat salib" (Yoh 19:25-26).


Maria menunjukkan keberanian, kesetiaan

Mengapa detail ini begitu penting? Berdiri di dekat salib menunjukkan keberanian, kesetiaan, dan kehadiran yang penuh. Mereka tidak melarikan diri, tidak pula melihat dari jauh. Mereka hadir seperti para pelayan di hadapan raja mereka, bersaksi atas pengorbanan terbesar. Maria, khususnya, adalah wanita yang kuat, yang memahami makna penuh dari peristiwa ini. Ia hadir di saat "saat"-Nya akhirnya tiba, sebuah saat yang telah dinubuatkan di pesta perkawinan Kana (Yoh 2:1).


Ketika Yesus berkata, "Sudah selesai" (Yoh 19:30), ini bukan tanda kekalahan, melainkan deklarasi kemenangan. Yesus secara aktif menyerahkan Roh-Nya, tidak dibunuh seperti para penjahat yang kakinya dipatahkan. Dan dalam momen yang penuh kasih ini, Yesus memberikan wasiat cinta-Nya. Ia melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya berdiri di dekatnya, lalu Ia berkata kepada ibu-Nya, "Ibu, inilah anakmu!" dan kepada murid itu, "Inilah ibumu!" (Yoh 19:26-27).

Kata-kata sederhana ini memiliki bobot wahyu yang luar biasa. Ini adalah kehendak Yesus bagi kita semua. Melalui Maria, kita semua diterima sebagai putra dan putri untuk dilahirkan kembali menuju hidup yang kekal. Di bawah salib, Yesus melahirkan Gereja-Nya, yang diwakili oleh Maria, Maria Kleopas, Maria Magdalena, bersama dengan murid yang dikasihi.

Saudara/i terkasih, dari Maria, kita belajar tentang keteladanan dalam pengasuhan, kemuridan, dan kasih. Ia adalah contoh kerendahan hati dan ketaatan, namun juga seorang pemimpin, yang rela berkorban dan pemberani, seperti yang kita lihat di Kana.


Mari kita tanyakan pada diri kita sendiri:

Bagaimanakah Maria telah memberi saya teladan dalam pengasuhan, kemuridan, dan kasih? Apa dari semua ini yang sudah saya terapkan dalam hidup saya sendiri?

Bagaimana saya dapat memimpin orang lain dengan kerendahan hati dan ketaatan yang sejati, seperti Maria?

Semoga teladan Maria menginspirasi kita untuk selalu berdiri di dekat salib Kristus, dengan keberanian dan kasih, menerima wasiat-Nya, dan mewujudkan kasih-Nya dalam hidup kita sehari-hari.


Posting Komentar