Hati Yang Bersih, Kata Yang Benar
Berbicara dengan sopan dan lembut tentu merupakan sifat yang baik. Orang yang berbicara dengan kata-kata yang menyenangkan biasanya membuat kita nyaman, dan kita pun lebih terbuka untuk mendengarkan pendapat atau sarannya.
Tetapi kita juga pernah bertemu orang yang kata-katanya manis, penuh sanjungan, namun ternyata ada maksud tersembunyi. Misalnya, seorang sales yang memuji kita berlebihan supaya kita membeli produknya, atau seseorang yang bersikap manis supaya mendapat keuntungan pribadi. Kata-katanya enak didengar, tapi hatinya tidak tulus.
Sebaliknya, ada orang yang jujur dan terus terang. Kadang kata-katanya terasa keras, bahkan menyinggung. Kita mungkin tidak nyaman mendengarnya. Namun, bila kita renungkan, kata-kata itu justru benar dan lahir dari hati yang tulus. Seperti seorang sahabat yang berani menegur kita karena ia peduli, bukan karena ingin menjatuhkan kita.
Santo Paulus dalam bacaan pertama hari ini mengingatkan jemaat di Tesalonika:
“Seperti kalian ketahui, kami tidak pernah bermulut manis, tidak pernah sembunyi-sembunyi mengejar keuntungan pribadi; Allahlah saksinya. Tidak pernah pula kami mencari pujian dari manusia.”
Paulus tidak mencoba menyenangkan orang dengan kata-kata manis. Ia berbicara apa adanya, karena yang ia sampaikan adalah Injil, kebenaran Allah. Bukan untuk mencari pujian, bukan untuk keuntungan pribadi, tetapi demi keselamatan mereka.
Kadang kebenaran memang tidak selalu terdengar manis. Tetapi kebenaran yang berasal dari Allah itu menyelamatkan. Itulah sebabnya Paulus tidak membungkus Injil dengan sanjungan atau kata-kata yang menipu. Injil sendiri sudah cukup baik dan berkuasa untuk mengubah hati.
Dalam Injil hari ini Yesus berkata,
“Bersihkanlah dahulu bagian dalam cawan, maka bagian luarnya akan bersih juga.”
Artinya, yang terpenting adalah hati kita. Jika hati kita dipenuhi oleh kebenaran Injil, maka kata-kata kita akan jujur dan tulus. Kita tidak perlu berpura-pura atau mencari kesan. Dari hati yang baik akan keluar perkataan yang baik.
Maka, marilah kita mohon rahmat agar Injil sungguh tinggal dalam hati kita. Kita tidak perlu takut bagaimana harus berbicara atau bertindak. Jika hati kita dipenuhi dengan kasih Allah, Roh Kudus sendiri akan menuntun kita untuk berkata benar dengan cara yang membawa damai.
Posting Komentar