Janganlah kalian merugikan satu sama lain, tetapi engkau harus takwa kepada Allahmu

Table of Contents


Salah satu prinsip dasar dalam kehidupan manusia adalah bahwa tidak seorang pun boleh berbuat salah terhadap sesamanya. Ini bukan hanya ajaran moral yang lahir dari kebijaksanaan manusia, tetapi bersumber langsung dari Sabda Allah sendiri. Dalam bacaan pertama hari ini, Tuhan bersabda: 

"Janganlah kalian merugikan satu sama lain, tetapi engkau harus takwa kepada Allahmu. Akulah Tuhan, Allahmu.” (Im 25:17).

Prinsip ini sederhana namun kuat. Setiap pelanggaran terhadapnya bukan hanya melukai sesama, tetapi juga merusak tatanan sosial dan menciderai hubungan kita dengan Allah.

Sayangnya, dalam kenyataan hidup sehari-hari, prinsip ini sering kali diabaikan. Kita melihatnya dalam berbagai berita akhir-akhir ini di Indonesia—bagaimana satu keputusan atau tindakan yang melanggar keadilan bisa berdampak luas, bahkan merusak kepercayaan masyarakat.

Contohnya, beberapa waktu terakhir publik dikejutkan oleh kasus-kasus penyalahgunaan kekuasaan oleh oknum aparat atau pejabat publik. Kita bisa mengingat kasus pembunuhan oleh seorang anggota kepolisian terhadap bawahannya sendiri, yang disertai rekayasa fakta dan manipulasi hukum. Semula dianggap kasus biasa, ternyata melibatkan kebohongan berantai, penyalahgunaan wewenang, bahkan intimidasi terhadap saksi dan keluarga korban. Semua itu dimulai dari satu kesalahan kecil yang tidak segera disikapi dengan jujur, dan justru ditutupi demi menjaga citra atau kepentingan pribadi.

Atau contoh lain yang baru-baru ini mengemuka: seorang pejabat publik yang diduga menyalahgunakan dana bantuan sosial. Tindakan ini bukan hanya soal korupsi uang negara, tetapi merampas hak masyarakat kecil yang sangat membutuhkan bantuan di tengah kesulitan hidup. Ketika seseorang mengambil hak orang lain, sesungguhnya ia melukai seluruh jaringan keadilan dan belas kasih yang Tuhan kehendaki hadir dalam masyarakat.

Satu pelanggaran terhadap kebenaran, bila tidak dikoreksi, bisa menular dan berkembang menjadi dosa yang lebih besar. Inilah yang kita lihat dalam Injil hari ini—Herodes yang awalnya hanya terganggu oleh suara kenabian Yohanes Pembaptis, akhirnya terperangkap dalam janjinya sendiri dan membiarkan nyawa orang tak bersalah direnggut demi menyelamatkan mukanya sendiri di hadapan tamu-tamu undangan.

Kita pun harus bertanya pada diri sendiri: apakah kita tetap setia pada prinsip bahwa kita tidak boleh merugikan sesama, baik dalam tindakan, perkataan, maupun keputusan-keputusan kita? Apakah dalam keluarga, komunitas, tempat kerja, atau pelayanan kita, kita bertindak jujur dan adil? Atau kita justru membiarkan kebohongan kecil berakar dan tumbuh menjadi kejahatan yang lebih besar?

Ketika masyarakat kehilangan rasa takut akan Allah dan tidak lagi menghormati martabat sesama manusia, maka tatanan kehidupan akan goyah. Yang muncul adalah budaya saling curiga, kebencian, dan ketidakpercayaan. Maka, hari ini kita diingatkan untuk kembali meneguhkan komitmen moral: untuk tidak merugikan orang lain, dan untuk tetap takut akan Allah dalam setiap langkah hidup kita.

Marilah kita menjadi orang-orang yang menjaga dan merawat tatanan kehidupan, dimulai dari hal-hal kecil—bersikap jujur, berkata benar, adil dalam memperlakukan orang lain, dan tidak mencari keuntungan dengan mengorbankan sesama. Dengan begitu, kita bukan hanya menjalankan prinsip moral, tetapi juga menjadi saksi kasih dan keadilan Allah di tengah dunia yang haus akan kebenaran.

Posting Komentar