Perbedaan Yang Menyatukan

Table of Contents


Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Kita semua tahu bahwa dalam hidup ini kita tidak bisa menghindari perbedaan. Ada perbedaan pendapat, perbedaan cara pandang, perbedaan bahasa, budaya, bahkan agama. Perbedaan adalah bagian dari hidup kita sehari-hari. Namun, sering kali kita melihat bahwa perbedaan menjadi sumber masalah—memicu pertengkaran, memecah keluarga, bahkan memecah bangsa.

Tetapi, apakah memang perbedaan harus membawa perpecahan? Atau justru sebaliknya, perbedaan dapat membawa kekuatan? Hari ini, melalui bacaan pertama, Tuhan mengajak kita untuk merenungkan hal itu.

Kisah Naomi dan Rut

Dalam Kitab Rut, kita mendengar tentang Naomi, seorang perempuan Israel yang mengalami kesulitan besar. Ia kehilangan suaminya, kehilangan kedua anaknya, dan kini ia tinggal bersama dua menantunya yang berasal dari bangsa Moab. Secara budaya, ras, bahkan iman, Naomi dan Rut sangat berbeda.

Namun perhatikan apa yang terjadi. Ketika Naomi memutuskan untuk kembali ke tanah asalnya, ia berkata kepada kedua menantunya: “Kembalilah ke rumahmu masing-masing.” Salah satu menantunya kembali ke keluarganya. Tetapi Rut tidak demikian. Rut justru berkata kata-kata yang sangat indah: “Ke mana engkau pergi, aku akan pergi; bangsamu adalah bangsaku, Allahmu adalah Allahku.”

Luar biasa, bukan? Rut tidak membiarkan perbedaan menjadi penghalang. Ia memilih untuk setia, untuk berjalan bersama Naomi dalam penderitaan. Inilah kasih yang sejati—kasih yang mengatasi perbedaan. Dan karena kasih itu, Tuhan memberkati Rut secara luar biasa: ia menjadi nenek moyang Raja Daud, bahkan bagian dari silsilah Yesus Kristus.

Pelajaran untuk Kita

Saudara-saudari, kisah ini mengajarkan kita bahwa perbedaan bukan untuk memisahkan, tetapi untuk menyatukan. Kita memang diciptakan berbeda—beda suku, beda bahasa, beda karakter. Bahkan di dalam satu keluarga pun ada banyak perbedaan. Tetapi ketika kita menghidupi kasih, perbedaan tidak lagi menjadi masalah. Sebaliknya, perbedaan justru mengingatkan kita bahwa kita saling membutuhkan.

Masalahnya adalah: sering kali kita takut dengan perbedaan. Kita memilih untuk menarik diri, atau lebih buruk lagi, memusuhi orang yang berbeda dengan kita. Akibatnya, perbedaan yang seharusnya menjadi kekuatan justru menjadi tembok pemisah.

Tetapi kasih Kristus mengajarkan kita sebaliknya. Kasih mampu menjembatani segala perbedaan. Bukankah itu yang dilakukan Yesus sendiri? Yesus datang bukan hanya untuk satu bangsa, tetapi untuk semua manusia. Ia mengasihi kita tanpa membedakan siapa kita, dari mana kita, atau apa latar belakang kita.

Penerapan dalam Hidup

Hari ini, mari kita bertanya:

Bagaimana saya bersikap terhadap orang yang berbeda dengan saya?

Apakah saya melihat perbedaan sebagai ancaman, atau sebagai kesempatan untuk saling melengkapi?

Di tengah masyarakat kita yang majemuk, di tengah Gereja yang terdiri dari berbagai karakter dan budaya, marilah kita belajar dari Rut. Jangan biarkan perbedaan memecah-belah kita. Sebaliknya, jadikan perbedaan sebagai jembatan kasih.

Karena pada akhirnya, kita semua ini saling bergantung satu sama lain, dan yang paling penting: kita semua bergantung kepada Tuhan.

Semoga kasih Kristus memampukan kita untuk mengasihi, menghargai, dan mempersatukan dalam perbedaan. Amin.


Posting Komentar