Hidup dan Mati dalam Kristus
Hari ini kita berkumpul dalam suasana doa permohonan, syukur sekaligus harapan, mendoakan saudara kita [Elisabeth Lina] yang telah dipanggil Tuhan. Kita mengenangnya dalam kasih, sambil mempersembahkan doa agar ia beristirahat dalam damai Kristus.
Makna 40 Hari
Tak terasa bahwa waktu berjalan dan sudah 40 hari. Tradisi memperingati 40 hari bukan sekadar hitungan waktu. Dalam Kitab Suci, angka 40 melambangkan masa pemurnian dan perjalanan rohani:
- Musa berpuasa 40 hari di gunung Sinai. [Keluaran 24:18]
- Bangsa Israel berjalan 40 tahun di padang gurun. [Bilangan 14:33-34] ziarah iman, masa pencobaan, penyucian umat
- Yesus berpuasa 40 hari di padang gurun sebelum memulai karya publik-Nya. [Matius 4:2]. masa persiapan menghadapi misi dan perjuangan iman.
Maka, 40 hari adalah simbol perjalanan jiwa menuju kepenuhan perjumpaan dengan Allah, masa di mana Gereja [persekutuan orang kudusnya] berdoa memohon rahmat pengampunan bagi mereka yang telah meninggal.
Hidup dan Mati dalam Kristus
Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma berkata:
"Tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri. Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan."
Kata-kata ini memberi penghiburan besar. Hidup manusia bukan kebetulan, bukan sekadar perjalanan sendiri, melainkan sepenuhnya milik Tuhan.
Bahkan kematian pun bukan akhir yang memutuskan kita dari kasih-Nya. Kristus telah wafat dan bangkit, supaya Ia menjadi Tuhan atas orang hidup maupun yang mati.
Walau kita berbeda alam, kita tetap dipersatukan dalam Gereja, dalam Kasih Allah yang tanpa mengenal batas ruang dan waktu.
Dengan demikian, saat kita mengenang saudara kita, kita percaya bahwa ia tetap dalam tangan kasih Kristus. Kita boleh sedih karena kehilangan, tetapi kita tidak kehilangan pengharapan.
Datanglah kepada-Ku
Dalam Injil, Yesus berkata:
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu... sebab pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati."
Perkataan ini adalah undangan kasih Yesus kepada semua orang, termasuk jiwa yang sudah meninggal, dan juga kita yang masih hidup. Kita sering merasa letih karena duka, karena kehilangan, karena beban kehidupan sehari-hari. Tetapi Yesus tidak membiarkan kita sendirian. Ia memanggil kita untuk datang kepada-Nya, agar kita mendapat kelegaan.
Bagi saudara kita yang telah berpulang, ayat ini menjadi janji: bahwa beban hidup sudah ditanggalkan, dan kini ia beristirahat dalam damai Tuhan. Dan bagi kita yang ditinggalkan, ayat ini adalah penghiburan: Tuhan sendiri yang menopang kita dalam kesedihan.
Kehidupan sebagai Persembahan
Saudara-saudari terkasih, setiap kehidupan adalah sebuah persembahan. Hidup bukan soal seberapa panjang usianya, tetapi bagaimana dijalani dalam kasih. Orang yang kita kenang hari ini sudah menyelesaikan perjalanannya. Ada hal-hal indah yang diwariskan: kenangan, teladan, kebaikan, cinta yang ia tanamkan. Itulah benih yang tetap hidup di hati kita.
Tetapi yang lebih penting, hidupnya kini sepenuhnya dipersembahkan kepada Tuhan. Seperti lilin yang habis terbakar memberi terang, demikianlah hidupnya sudah menjadi kurban kasih di hadapan Allah.
Doa dan Harapan Kita
Itulah sebabnya, Gereja mengajarkan kita untuk mendoakan arwah, terutama dalam kurban Ekaristi. Doa kita adalah tanda kasih. Dengan doa, kita menyerahkan saudara kita ke dalam tangan Allah yang penuh belas kasih.
Santo Agustinus pernah berkata: "Kasih yang sejati tidak berhenti di kuburan; kasih tetap hidup dalam doa." Maka doa kita hari ini adalah bentuk kasih yang paling murni.
___
"Ambil, bacalah!"
Suatu hari, di usianya yang ke-32, segalanya berubah. Ketika sedang berdoa, Santo Agustinus tiba-tiba mendengar suara seperti anak kecil yang mengulang-ulang, "Ambil, bacalah! Ambil, bacalah!" Menyadari bahwa ini berasal dari Tuhan, ia membuka surat-surat Kitab Suci Santo Paulus, membacanya secara acak hingga matanya tertuju pada bagian berikut: "... bukan dalam pesta pora dan kemabukan, bukan dalam hawa nafsu dan hawa nafsu yang tidak senonoh, bukan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya" (Rm. 13:13-14).
___
Kita percaya, Kristus yang wafat dan bangkit akan mengantar saudara kita masuk ke dalam rumah Bapa. Dan bagi kita, semoga peringatan ini menjadi pengingat bahwa hidup di dunia ini sementara, tetapi kasih Allah kekal.
Penutup
Saudara-saudari, marilah kita terus menghidupi iman dengan percaya pada janji Yesus:
"Datanglah kepada-Ku... Aku akan memberi kelegaan kepadamu."
Semoga saudara kita yang telah dipanggil Tuhan beristirahat dalam damai kekal, dan semoga kita semua yang masih berziarah di dunia ini dikuatkan oleh iman, pengharapan, dan kasih.
Amin.
Posting Komentar