Sembuh untuk Melayani, Berdoa untuk Bertahan, Diutus untuk Mewartakan

Table of Contents


Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Injil hari ini mengisahkan empat peristiwa yang saling berkaitan: Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus, Ia menyembuhkan banyak orang sakit, Ia berdoa di tempat sunyi, dan Ia menegaskan misi-Nya. Semua ini mengajarkan kepada kita tiga hal penting: hidup yang dipulihkan harus dipakai untuk melayani, doa menjadi kekuatan misi, dan kesadaran akan panggilan harus terus dijaga.

Pertama, Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus (Luk 4:38-39).

Setelah meninggalkan rumah ibadat, Yesus pergi ke rumah Petrus dan menemukan ibu mertuanya sakit demam. Yesus menyembuhkannya, dan yang luar biasa, wanita itu langsung bangun dan melayani. Artinya, kesembuhan dari Tuhan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk melayani sesama. Pertanyaannya: setiap kali Tuhan memberi kita kesehatan, kesempatan, atau berkat, apakah kita menggunakannya untuk melayani, atau hanya untuk diri kita sendiri?

Kedua, Yesus menerima dan menyembuhkan orang-orang sakit dan kerasukan (Luk 4:40-41).

(ketika matahari terbenam) Mereka adalah orang-orang yang tersisih, dianggap najis, bahkan seolah-olah ditolak Allah. Tetapi Yesus mendekati mereka, menyentuh mereka, memulihkan mereka. Di sini kita melihat wajah Allah yang penuh belas kasih: tidak menolak yang berdosa, tidak menjauh dari yang menderita. Saudara-saudari, apakah kita juga siap mendekati mereka yang tersisih, yang mungkin berbeda dengan kita? Atau kita malah menjaga jarak? Injil hari ini menantang kita untuk menjadi pribadi yang menerima, bukan mengucilkan.

Ketiga, Yesus berdoa di tempat sunyi dan menegaskan misi-Nya (Luk 4:42-44).

Setelah malam yang melelahkan, (ketika hari mulai siang) Yesus mencari waktu untuk berdoa. Ia butuh keheningan untuk menyatu dengan Bapa-Nya. Dari doa itulah lahir kejelasan misi: “Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah ke kota-kota lain juga.” Yesus tidak tinggal di satu tempat, walaupun orang-orang ingin menahan-Nya. Mengapa? Karena Ia tahu bahwa misi-Nya lebih besar dari satu kampung. Bagaimana dengan kita? Apakah kita punya waktu untuk doa agar sadar akan misi kita? Atau kita hidup tanpa arah?

Saudara-saudari terkasih, hidup kita pun punya pola yang sama: kita disembuhkan untuk melayani, kita butuh doa untuk bertahan, dan kita diutus untuk mewartakan kasih Allah. Jangan hanya sibuk dengan berkat, tapi juga pakai berkat itu untuk melayani. Jangan hanya mengandalkan kekuatan sendiri, tapi sediakan waktu hening untuk Tuhan. Dan jangan lupa, kita ini orang yang diutus: di keluarga, di tempat kerja, di lingkungan.

Marilah kita bertanya dalam hati:

 Apakah saya sudah memakai hidup ini untuk melayani? Apakah saya punya waktu untuk berdoa, meskipun sibuk? Apakah saya sadar bahwa saya diutus, atau saya hidup tanpa misi?

Semoga melalui Sabda hari ini, kita meneladan Yesus: melayani dengan kasih, berdoa dengan setia, dan mewartakan Kerajaan Allah dengan semangat. Amin.


Posting Komentar