Jangan Anggap Remeh ....
Table of Contents
Pendahuluan: Seruan dari Nabi Yoel
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,Dalam bacaan pertama hari ini, Nabi Yoel menyampaikan seruan yang sangat menggugah:
“Merataplah, hai para pelayan altar! Bermalamlah dengan memakai kain kabung, hai para pelayan Allahku, sebab sudah lama di rumah Allahmu tiada kurban sajian dan kurban curahan.”
(Yoel 1:13)
Seruan ini bukan ditujukan kepada bangsa yang sedang tertindas oleh musuh,
melainkan kepada umat yang hidup dalam kenyamanan rohani — umat yang telah kehilangan semangat ibadah.
Bait Allah tetap berdiri, tetapi kurban pujian berhenti.
Rumah Tuhan menjadi sunyi, bukan karena pintunya tertutup, melainkan karena hati umat tertutup bagi Tuhan.
Bahaya Rasa Puas Diri Rohani
Saudara-saudari, keadaan ini juga bisa terjadi pada kita.Kita hidup di masa damai; tidak ada larangan untuk datang ke gereja.
Kita bebas berdoa, bebas merayakan Misa, bebas memuji Tuhan.
Namun di balik semua itu, ada bahaya halus yang sering tidak disadari —
yaitu bahaya rasa puas diri.
Kita bisa hadir dalam Misa setiap hari, tetapi tanpa hati yang menyala.
Kita bisa berdoa setiap malam, tetapi tanpa cinta yang hidup.
Perlahan-lahan, ibadah menjadi rutinitas tanpa relasi.
Dan ketika hati kita kering seperti itu, sebenarnya kita sedang mengalami
kemerosotan rohani seperti umat di zaman Nabi Yoel.
Hati yang Kosong Menjadi Tempat Bahaya
Yesus dalam Injil hari ini (Luk 11:15–26) berbicara tentang bahayanya hati yang kosong.Ketika roh jahat diusir, tetapi rumah hati itu tidak diisi oleh Roh Kudus dan kasih Allah,
roh jahat itu akan kembali bersama yang lain, dan keadaannya menjadi lebih buruk dari semula.
Demikian juga, jika hati kita kosong — tanpa semangat, tanpa syukur, tanpa kasih —
maka kejahatan mudah masuk kembali, bahkan dalam bentuk kesombongan rohani atau kemalasan batin.
Panggilan untuk Bangkit dan Mempersembahkan Kurban Hidup
Karena itu, hari ini kita diundang untuk bangkit dari rasa puas diri.Mari kita syukuri kebebasan beribadah yang masih kita miliki.
Mari kita isi rumah Tuhan dengan doa yang tulus, pujian yang hidup, dan kasih yang nyata.
Jangan biarkan gereja kita sepi.
Jangan biarkan altar kita tanpa kurban.
Dan jangan biarkan hati kita menjadi dingin.
Penutup: Harapan dan Pembaruan dari Tuhan
Saudara-saudari terkasih,Nabi Yoel menutup pewartaannya dengan janji Tuhan: bahwa setelah masa pertobatan, Ia akan mencurahkan Roh-Nya ke atas semua orang. Itulah pembaruan sejati — kebangkitan iman dari dalam hati.
Semoga setiap Misa yang kita rayakan menjadi kesempatan untuk mempersembahkan kepada Tuhan kurban yang hidup: kurban pertobatan, kurban iman yang teguh, dan kurban kasih yang nyata kepada sesama.
Semoga hati kita senantiasa menyala dalam cinta kepada Tuhan, dan rumah-Nya tidak pernah sunyi dari pujian umat-Nya.
Posting Komentar