Bangkit dan Angkatlah Mukamu

Table of Contents

Bangkit dan Angkatlah Mukamu” (Luk. 21:28)



Dalam Injil hari ini, Yesus berbicara tentang peristiwa-peristiwa yang mengguncang dunia: kehancuran, penderitaan, tanda-tanda di langit, dan kegoncangan di bumi. Bagi banyak orang, kata-kata ini terdengar seperti ancaman, bahkan menimbulkan ketakutan. Tetapi anehnya, di tengah gambaran yang begitu gelap itu, Yesus justru mengatakan sesuatu yang sangat berlawanan dengan rasa takut:

“Bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.”

Yesus tidak berkata: “Takutlah.”

Ia tidak berkata: “Sembunyilah dirimu.”

Ia berkata: bangkitlah dan angkatlah mukamu. Ini adalah undangan untuk berharap.

Hidup manusia pun tidak jauh berbeda dengan gambaran dalam Injil ini. Kita hidup di dunia yang penuh kegoncangan: bencana alam, perang, penyakit, krisis ekonomi, bahkan luka-luka pribadi yang tidak semua orang bisa lihat. Tidak jarang kita merasa lelah, cemas, dan kehilangan arah. Kadang kita merasa seperti dunia sedang runtuh di hadapan kita.

Namun dalam situasi seperti itulah Yesus datang dan berkata: “Angkatlah mukamu.”

Mengapa?

Karena orang yang mengangkat muka adalah orang yang berharap. Orang yang mengangkat muka adalah orang yang tidak menyerah. Orang yang mengangkat muka adalah orang yang percaya bahwa masih ada hari esok, masih ada pertolongan, masih ada keselamatan.

Kalimat ini mengingatkan kita pada seorang yang sedang terjatuh. Orang yang jatuh biasanya menunduk, menutup wajahnya, dan merasa malu atau putus asa. Tetapi orang yang ingin bangkit, ia harus mengangkat kepalanya terlebih dahulu. Ia harus berani menatap ke depan lagi. Dan di situlah Yesus berdiri menunggu kita, bukan untuk menghakimi, tetapi untuk mengangkat dan menyelamatkan. 

Yesus juga menegaskan:

“Sebab penyelamatanmu sudah dekat.”

Penyelamatan itu bukan hanya terjadi di akhir zaman. Ia juga terjadi setiap kali kita berani percaya di tengah penderitaan, setiap kali kita memilih untuk tidak menyerah, setiap kali kita membuka hati untuk dihibur oleh Tuhan.

Sebagai orang Kristen, kita dipanggil bukan untuk hidup dalam ketakutan, tetapi menjadi pembawa pengharapan. Dunia saat ini tidak membutuhkan lebih banyak ketakutan; dunia membutuhkan lebih banyak orang yang berani berharap. Dunia membutuhkan orang-orang yang tetap berdiri ketika semua orang ingin menyerah; yang tetap menyalakan terang ketika semuanya terasa gelap.

Maka hari ini, sabda Tuhan mengajak kita bertanya pada diri sendiri:

Di bagian mana dalam hidupku aku sedang menunduk karena ketakutan atau keputusasaan?

Di bagian mana Tuhan memanggilku untuk bangkit kembali?

Kepada siapa aku bisa menjadi tanda harapan minggu ini?

Mungkin kita tidak bisa menghentikan badai di dunia ini. Tetapi kita bisa memilih untuk tetap berdiri di tengah badai itu. Kita bisa memilih untuk tetap mengangkat muka, bukan karena kita kuat, tetapi karena kita percaya: Tuhan setia dan penyelamatan itu dekat.

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan…” (Ibr. 11:1

Kiranya sabda hari ini meneguhkan langkah kita semua untuk tidak hidup dalam ketakutan, tetapi dalam iman, dalam harapan, dan dalam kasih.


Posting Komentar