Vestigia Dei

Table of Contents

Vestigia Dei


Seburuk apa pun pandangan kita terhadap dunia ini—entah karena kekacauan, masalah moral, atau pergulatan hidup—kita tidak dapat menyangkal bahwa dunia ciptaan ini penuh dengan hal-hal yang indah dan menakjubkan. Lihatlah keindahan alam: pemandangan yang memukau, dataran yang bergelombang, pegunungan yang menjulang tinggi, dan langit yang luas. Semua itu sanggup membuat kita terpana.

Bahkan kekuatan alam yang besar—angin kencang, ombak laut yang bergulung, atau dahsyatnya letusan gunung berapi—dapat memukau kita. Keindahan dan kedahsyatan itu seolah-olah mengingatkan kita bahwa ada sesuatu yang jauh lebih agung daripada diri kita. (Vestigia Dei

Vestigia Dei  – is a Latin term meaning “traces of God.” As a theological term it is associated with natural theology – that is, the view that there are vestiges of God within creation. We’ve chosen this term as the title of the Wycliffe College blog because our hope is that through these writings, readers might glimpse evidences for God as our writers interact with the wider world.

Namun, saudara-saudari sekalian, seluruh keindahan dan kekuatan itu bukanlah tujuan pada dirinya sendiri. Semuanya menunjuk kepada Sang Pencipta. Bacaan pertama hari ini dengan tegas mengingatkan: mereka yang melihat keajaiban alam, tetapi gagal menemukan Tuhan, adalah orang yang kehilangan arah. Mereka mengagumi ciptaan, tetapi tidak mengenali Penciptanya. Bahkan ada yang menjadikan keindahan dunia sebagai “dewa” mereka. 

Pada akhirnya, bacaan itu berkata: Jika manusia mampu menyelidiki dunia dan memahami begitu banyak hal, bagaimana mungkin mereka begitu lambat untuk menemukan Dia yang menciptakan semuanya?

Simpulan

Untuk kita yang beriman, seharusnya jauh lebih mudah melihat Tuhan dalam segala sesuatu. Iman membuka mata kita untuk menyadari bahwa Tuhan hadir dalam keheningan, dalam keindahan, dalam orang-orang yang kita jumpai, bahkan dalam peristiwa sehari-hari yang sederhana. 

Karena itu, janganlah kita terpesona hanya oleh keindahan dunia, sampai lupa kepada Dia yang menciptakannya. Marilah kita belajar melihat lebih dalam: setiap keindahan adalah undangan untuk bersyukur; setiap kekaguman adalah kesempatan untuk memuliakan Tuhan.

Dan akhirnya, marilah kita bukan hanya menikmati ciptaan Tuhan, tetapi juga berusaha menjadi pribadi yang indah—hidup yang memancarkan kebaikan, kelembutan, dan kasih. Sebab Tuhan tidak hanya menciptakan dunia dengan indah, tetapi Dia juga menciptakan kita untuk menjadi tanda kehadiran-Nya.


Posting Komentar