Page Nav

HIDE

Latest Quotes

{quotes} {latest}

Ads Place

Pertanyaan Yang Menuntut Jawaban

Beberapa pertanyaan bisa jadi agak sulit untuk ditanyakan, terlebih jika itu menuntut jawaban dari hati yang mendalam. Tak mudah bagi orang ...


Beberapa pertanyaan bisa jadi agak sulit untuk ditanyakan, terlebih jika itu menuntut jawaban dari hati yang mendalam. Tak mudah bagi orang tua untuk bertanya kepada anaknya,”Apakah Anda mencintai saya?” Mungkin orang tua yang sangat berperasaan akan menangis sebelum menjawab pertanyaan itu. 

Saya tak tahu apakah Anda juga pernah mendapat pertanyaan dari orang tua, “Apakah Anda mencintai saya?” Jika pertanyaan itu pernah ditanyakan oleh orang tua, tentunya tak mudah untuk kita menjawab. Setidaknya perlu waktu untuk berpikir dalam menjawabnya, itu karena kita tahu bagaimana kita mencintai mereka dan juga kalau kita ditanya demikian mungkin kita makin banyak pertanyaan di kepala kita. Kenapa mereka bertanya? Adakah sesuatu yang salah dengan hidup saya? Lebih dari itu jawaban dari pertanyaan itu mengandung konsekuensi. 

Salah satu pertanyaan seperti itu adalah pertanyaan yang Yesus tanyakan kepada Petrus: Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka ini? Petrus ragu-ragu dalam memberikan jawaban karena itu adalah pertanyaan yang menuntut jawaban yang mendalam, dan jawaban apa pun memiliki konsekuensi. 

Namun Petrus telah mengalami pengalaman yang sangat luar biasa karena; Ia telah menyangkal Yesus tiga kali. Kasihnya kepada Yesus telah diuji dan ternyata retak di bawah tekanan. Tapi kali ini Petrus bersungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan, dan dia tetap melakukannya bahkan ketika dia harus menyerahkan nyawanya. 

Jadi ketika Yesus berkata kepadanya, "Ikutlah Aku", dia tidak memiliki pertanyaan seperti "ke mana" atau "untuk berapa lama", dan pertanyaan lain yang mungkin muncul.

Adapun kita, kita berjanji bahwa kita mengasihi Yesus dan bahwa kita akan mengikuti Dia. Cinta kita kepada Yesus akan diuji, dan ujian itu tidak lain adalah memikul salib kita dan mengikuti Yesus. Salib adalah pertanyaannya. Semoga penerimaan dan memikul salib kita menjadi jawabannya.

Kita mendapat contoh dari orang kudus yang kita peringati hari ini, Carolus Lwanga dkk. Karena cintanya kepada Allah ia dkk rela mati di tangan Raja Mwanga yang kejam dan biadab. Bahkan dari para martir ini ada yang Algojonya adalah ayahnya sendiri. Cinta akan Allah bagi martir ini begitu besar lebih dari cinta akan jabatan dan keluarga. 






Tidak ada komentar

Advertisement